Selasa, 08 November 2011

Cerpen "EMILY DAN LELAKI BERSAYAP MERAH JAMBU"

Malam menenggelamkan bumi sepenuhnya.Begitu pekat,begitu membutakan.Entah sebab apa bulan pungkiri janji membuat angin kepanikan terbirit-birit dalam gelap,menabrak apa saja yang ada dihapadan.Tidak pikir itu adalah pohon keramat tempat seribu roh bersemayam,entah itu tiang penerangan jalan yang mulai karatan dan renta,entah itu bebatuan,Ilalang,koloni belukar,tembok,semua dihantam samarata.
 Cepat-cepat Emily menggapai gagang jendela dan menutupnya rapat-rapat sebelum semilir yang membawa nada horor menemukannya.Tirai terdiam ditinggalkan alasan untuk berayun lagi.Kini giliran hening yang meguasai segenap ruangan.Beberapa langkah malas,Emily mencapai tepi kursi didekat pembaringan.Dihempaskan tubuhnya dengan mantap hingga kursi kayu usang menopang bokong hangatnya.Bokong yang merindu.Entah pada siapa atau apa.
 “Namaku Emily dan aku adalah orang paling sial didunia.Bagaimana tidak,sepanjang aku mengenal kata cinta,aku telah mencintai tujuh Lelaki dalam masa yang berbeda dan tidak satupun yang berhasil kumiliki.Si Pirang,Si Mata indah,Si Dada busung,semua mematahkanku dan hati kecilku.Setiap kucoba untuk menyambung patahan itu,seseorang yang baru datang untuk mematahkannya lagi,lalu pergi.Aku sakit dan belajar.Pelan-pelan kupelihara kebencian pada makhluk bernama lelaki.Kutumbuhkan benci pada warna yang bernama cinta.Kubiarkan saja ruang kecil dipojok hatiku kosong dan berkarat.Aku sungguh tidak peduli sampai kapan,karena selamanya adalah jawaban untuk sampai kapan.Namaku Emily dan aku benci Lelaki.”
Dedaunan sontak ricuh diguncang beliung kanak-kanak.Efeknya sampai mengedor-gedor kaca jendela yang tertutup angkuh.Bingkai ditengah tembok yang setia menjaga Tuannya dari bahaya malam.Didalam,Emily terduduk sendiri dengan telapak yang mengapit pipi berjerawatnya.jumlahnya puluhan dan tidak terlalu tampak.Dipembaringan sana boneka Panda kesayangannya sudah tidur.Tidur ataukah memang tidak pernah terbangun dan bernyawa.Entahlah. Malam ini,Nada sunyi menyeret paksa Emily untuk merenung.Jiwanya jauh terlempar melewati beberapa detik lalu,detik kemarin,kemarinnya lagi hingga mencapai detik entah kapan,dimana Dia sedang berdiri tidak sesendiri sekarang.Tidak cukup sesenti darinya berdiri seorang lelaki yang membentuk setengah lingkaran dengan tangannya sedikit diatas bokong Emily.Rambutnya pirang sewarna dengan Purnama.Bahkan Emily selalu menyebutnya dengan rembulan kedua.Rembulan yang Emily berjanji tidak mau melupakan keindahan itu.Mata mereka menjurus pada pacuan ombak yang bergarisan dengan tirai alam berwarna senja.Mentari tertawa jingga sambil berusaha menyulam awan untuk bersembunyi.
 “Apa sih arti cinta itu yang sebenarnya?”Tanya Emily yang masih lugu dan baru belajar.Matanya menyiratkan tanya pada lelaki yang saat itu dianggapnya sebagai lelaki paling mendekati sempurna.
 “Entahlah!Mungkin cinta itu tidak memiliki arti sebenarnya.Karena setiap mulut mengucapkan arti yang berbeda.Cinta itu buta,cinta itu indah,cinta itu merah jambu,atau apalah.”Jawab lelaki itu datar tanpa beban sambil matanya tidakbergeser seincipun dari laut dan langit yang beraroma romantis.Khas.
 “Apa itu artinya kau punya jawaban sendiri,seperti mereka yang memiliki?"
 “Ya.”
 “Menurutmu apa itu cinta?”Tanya Emily sambil menikmati keindahan Rambut lelaki itu berkilat dijatuhi sinar dari langit sore.
“Cinta itu Seni.”Jawab Si Pirang menebar senyum pada laut.Giginya tumbuh menjadi pagar yang kokoh dan putih.Matanya melesat kearah Emily yang kebingungan oleh jawabannya barusan.
 “Apa maksudnya?”
 “Butuh semalaman jika ingin dijelaskan,Emily!Apa kau mau peragaannya saja?”Mata mereka bertabrakan lembut.Tidak cukup sepuluh detik,bibir mereka yang bertabrakan.lebih lembut lagi.
“Kami saling memilin satu sama lain.Bayangan kami seperti bercampur memberi bentuk baru yang indah.Kami tidak memperdulikan malam yang mengintip.Sedangkan mentari tua mengundang bebintang bergabung bersama dengan ombak kecil untuk menyaksikan kami,dan percintaan kami.Sungguh kami tidak peduli.Kami hanya merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya,entah dengan lelaki pirangku.Birahi telah sampai keubun-ubun.Kami menari-nari dalam keliaran yang semakin liar.Menggeliat,berguling,dan menggulum seperti ombak yang menggulum pasir,seperti semilir yang menggulum ombak. Dia kuat melumatku dalam pelukan erat.Begitu jantan semisal Kuda sembrani yang merindukan betinanya.Jelas aku tak bisa lebih kuat darinya,karena aku hanya seekor kucing perawan yang polos.Mungkin inilah yang dinamakan drama persetubuhan Kuda sembrani dan kucing betina.Tarian berakhir saat kami lemah dan liat oleh keringat.”Sekarang aku mengerti Seni cinta itu.”Bisikku parau padanya.Dia hanya tersenyum puas seperti seorang guru yang merasa berhasil mengajari murid kesayangannya.”
Kaca jendela dihantam ranting tua botak yang ditundukkan oleh angin.Suaranya tidak kecil atau besar,hanya cukup membangunkan Emily dari petualangannya dalam memori lampau.Ia tersadar dan tanpa rembulan keduanya.Lelaki pirangnya.Kuda sembraninya.Maka ia bersedih sambil menatap geram pada ranting yang telah berani menariknya dari masa lalu.Ia semakin meradang.Matanya,tangannya, kakinya,bokongnya,semua semakin merindu dalam kengiluan langit tanpa purnama yang pungkiri janji.
 Ia bergeser tempat menuju kepembaringan didekat boneka bisu tanpa nyawa itu.Ia belum ingin terlelap,namun ia memaksa.Ia sakit mengingat Lelaki,mengingat cinta yang berujung ingkar hingga membuatnya lantang mengutuk cinta.Sering-sering ia menyesal telah berikrar kejam seperti itu,sering-sering juga menguatkan dan memegang teguh kutukan itu jika mengingat cinta yang lebih kejam padanya.Lebih kejam dari kutukan sekalipun.Emily yang meradang tumbang menatap kosong pada langit-langit cokelat yang dulunya berwarna putih suci.
”Tuhan,Tolong turunkan satu Lelaki untukku.Lelaki yang bukan dari spesiesku,-manusia-,tetapi dari ras lain saja yang tidak akan meninggalkanku,meski semalam saja.Pinjamkan aku makhlukmu yang paling sempurna untuk mengobati rasa rinduku pada Lelaki.Aku benci mengakuinya,tetapi aku bukan apa-apa tanpa lelaki.”
 DUAAAAAAAAARRRRRRRR!!!!!
Emily Seketika bangkit tersentak kaget oleh suara yang bermuara didalam ruangannya,beberapa kaki dari tempat tidur.Cahaya putih menelusup masuk dari jendela yang berantakan tanpa bentuk lagi.Sesuatu yang keras baru saja menghantam hancurkan.Samar-samar mata Emily menangkap bentuk yang aneh dalam kabut yang merayap memenuhi kamar.Bentuk menyerupai makhluk yang paling dibencinya,Lelaki.hanya saja yang didepannya lebih sempurna dengan tambahan sayap dipundaknya menyembulkan bulu merah muda yang begitu indah,mengembang hingga ujungnya menyentuh langit-langit usang.Suasana kembali dijajah sunyi yang bisu.Cahaya putih telah hilang seakan terhisap dalam tubuh makhluk aneh yang sempurna itu.Kabut beringsut keluar dari lubang menganga tempat jendela yang tadinya bertengger.
 Terhitung puluhan detik Emily mematung dengan mulut menganga menyaksikan –entah keajaiban ataukah mimpi- yang tersaji diujung pandangannya.Lelaki itu membaca sesuatu yang tidak kedengaran jelas seperti mantra yang membuat sayap merah jambunya mengisut dan masuk kecelah dimana ia keluar,dipunggung.Kini dia kelihatan selayaknya manusia biasa,Lelaki.Tetap saja dia lebih sempurna dari mereka yang pernah menyakiti Emily.Wajahnya menyajikan tampang yang begitu rupawan dengan rambut kuning keemasan serupa dengan rembulan yang digabung dengan mentari.Dia berdiri tanpa baju,dadanya busung dan begitu lapang untuk disandari.Bulu-bulu tipis tumbuh menggoda.Perutnya kotak-kotak.ia Mengenakan balutan kain merah jambu yang membentuk celana bermodel aneh.Kakinya kokoh menapaki lantai.
 “Hello Emily!”Sapanya pada tuan rumah yang tidak kunjung mempersilahkan tamunya untuk duduk.Emily menginderai suara itu.
 “Kau…. tahu namaku?”Kening Emily berkerut seribu lipatan.Otaknya belum mampu menemukan jawaban atas siapa orang asing ini.
 “Tentu saja.”Jawabnya sambil mengangguk menambahkan.
 “Te…tapi kenapa kaumengenalku?Maksudku,kenapa kau disini dan apa maumu?”Rasa takut bercampur pukau berputar dikepala Emily.
 “Jangan pura-pura lupa pada do’amu barusan.Kau sendiri yang memintaku turun untuk menemanimu.”Lelaki aneh melebarkan senyum hingga giginya tampil seperti barisan pasukan yang memasang tameng putih.Begitu rapat dan melindungi.”Sekarang kemarilah,tinggalkan rasa sedihmu disitu.Juga rasa takutmu.Bukankah aku adalah lelaki?Makhluk yang kau ridukan?Maka peluklah aku dan kubawa kau mengelilingi cakrawala yang gulita.Langit adalah milik kita malam ini,Emily.”
“Tangannya menggenggam tanganku,dan tanganku menggenggam tangannya.Segera dia merapatkan badan dengan tangan yang satunya memelukku sedikit diatas bokongku.”Berpenganglah yang kuat.Kita terbang.”Katanya.Maka kujambak bahu kenyal dan hangat itu dengan kuat.Kaki kami mulai berpijak pada udara semu.Tidak ada tanah atau lantai marmer.Semakin tinggi.Sayapnya yang merah jambu membawa kami kesuatu tempat yang mungkin kau takkan pernah bisa mencapainya.jauh diatas.Disana ada pijakan yang berbahan awan putih keabuan dengan langit-langitnya adalah rembulan.Pantas saja bulan mungkir malam ini.Disana ia mengajakku berdansa.Aku tidak bisa berdansa,kataku.Namun dia sedikit memaksaku,tentu saja dengan paksaan lembut khas makhluk dari langit.”Pelan-pelan saja dan ikuti langkah hatimu”jawabnya menyemangatiku.Tiba-tiba musik dari balik langit berputar pelan membawa kami pada tarian yang lembut penuh perasaan cinta,rasa yang selalu timbul untuk lelaki yang kudewakan.Disela langkah kucium aromanya.Bau bunga yang aku tidak tahu bunga apa itu.Mungkin memang bunga itu tidak bernama.Aku mabuk dalam birahi yang meninggi.Anehnya dia tahu isi kepalaku,seakan dia memang adalah mesin yang dikirim khusus untuk menghiburku.Maka terjadi lagi tarian percintaan yang nikmat diatas awan.Tarian persetubuhan malaikat dan betina yang terbuang.Malam ini menjadi nikmat.Malam ini menjadi panas.Malam ini menjadi milik kami berdua.Hanya kami.”
Malam tepat pada pertengahan.Lelaki bersayap itu menurunkan Emily kembali ketempat tidur.Matanya menatapku dengan tatapan perpisahan.Aku tahu mimpi yang nyata ini akan segera berakhir.Andai saja malam ini waktu berhenti untuk selamanya,aku pasti bisa memilikinya sepenuhnya.Tangannya melepaskan genggaman dan berbalik arah menuju tembok menganga itu.Seakan tembok itu adalah batasan dunia diantara kami.
“Tidak bisakah kita bercinta lagi?Sampai kau tidak bisa pulang-pulang lagi keasalmu?”Pintaku memelas pada mata indah itu.
 “Maafkan aku harus pergi meski ingin tetap disini saja!”Balasnya lembut.”Tetapi waktuku sudah habis untuk berada diduniamu.Aku akan mati jika ingkari aturan.”
“Tapi….Bukankah cinta itu adalah segalanya.Disini cinta kita bisa menjadi tombak untuk menembus aturan itu.”
 “Maafkan aku,Emily sayang.Aku dan kaumku tidak dianugerahi dengan rasa cinta.Kau harus tahu itu.Didalam dada kami bahkan tidak ada hati,jantung,darah atau apapun seperti halnya denganmu.Kami hanyalah sebongkah awan mistis yang bisa berwujud apa saja.Apapun yang dikehendaki oleh mata manusia.”
Seketika aku hancur mendengarnya.Namun entah kenapa,rasa hancur ini begitu indah.Rasa hancur yang membebaskanku dari diriku yang meradang.Kutukanku pada Makhluk bernama lelaki.Dan aku belajar.Perlahan kutebas rasa benci itu,juga kutukan itu.Kusiapkan ruang kecil dipojok hatiku untuk pendatang baru.Lelaki baru.”
<span> Emily memejamkan mata,Si Lelaki bersayap menciumi bibirnya sekali lagi.Dari mulutnya keluar mantra aneh dalam bahasa asing,mungkin bahasa langit.Malam hitam sehitam tinta.Sunyi merajai.Emily membuka matanya lagi dan mendapati dirinya terbaring didekat boneka Panda kesayangannya yang bisu sepanjang waktu.Tidak ada Si Malaikat disana.Kaca dan kayu jendela yang berserakan di lantai kini terbingkai utuh di tembok.Emily mendesah lemas.”Ini hanya mimpi.”Katanya.Ia merasakan sesuatu didalam kepalan tangannya.Ia membuka telapak dan mendapai sehelai bulu berwarna merah muda digenggaman.Ia tersenyum puas dalam pelukan malam.
Namaku Emily dan aku adalah orang paling beruntung didunia ini.Bagaimana tidak,Ditengah desir yang mengolok-olokku dan remang yang mencibirku,Tuhan mengirimkan seorang Malaikat untukku.Untuk menghiburku.Dia adalah malaikat bersayap merah jambu.Merah jambu terindah.Malaikat itu bernama Awan,dan takkan kulupakan nama indah itu,Selamanya.”

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.